Beberapa orang yang memandang investasi pada properti lebih menarik dan lebih menguntungkan dibanding investasi di bidang lain. Padahal, dalam melakukan investasi properti banyak yang harus dipertimbangkan.

Hal tersebut dapat dimaklumi karena hampir semua orang beranggapan bahwa tidak ada sejarahnya, khususnya tanah dan rumah turun harganya. Setiap tahun dapat dipastikan harganya akan meningkat dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya.

Melansir dari buku “Profit Berlipat dengan Investasi tanah dan Rumah – Edisi Revisi” oleh Budi Santoso, Jakarta, Rabu (26/8/2020), dalam ilmu real estate disebutkan pula bahwa yang menjadi pertimbangan dalam investasi properti disingkat sebagai IDEAL, yakni sebagai berikut.

1. Income

Yaitu pendapatan dari hasil investasi properti yang disewakan. Perhitungan sederhananya melalui persentasi nilai sewa per tahun atas nilai properti tersebut, dan pada tahun ke berapa modal investasinya akan kembali.

Misalnya, nilai properti senilai Rp100 juta dan disewakan per tahun Rp10 juta, jadi pada tahun ke-10 modalnya akan kembali.

2. Depreciation

Yaitu pengalokasian biaya dari suatu aset properti yang secara akuntansi menjadi unsur biaya. Biasanya ini banyak dilakukan pada perusahaan, di mana memasukkan biaya depresiasi sebagai biaya perusahaan, sementara aset properti masih tetap mempunyai nilai ekonomis.

3. Equilty Build-Up

Yaitu nilai saham yang dimiliki atas sebuah properti oleh investor yang meminjam dan telah terjadi amortisasi dari pinjaman pokoknya.

Misalnya, seseorang membeli sebuah properti senilai Rp1 miliar dengan pinjaman bank Rp800 juta dan membayar uang muka Rp200.000. Setelah mengangsur selama jangka waktu tertentu, pinjamannya tinggal Rp700 juta, dan dengan asumsi harga pasar belum naik, maka ia mendapat euilty build-up senilai Rp100 juta.

4. Appreciation

Yaitu peningkatan nilai suatu properti. Misalnya, sebuah properti dibeli pada tahun lalu seharga Rp100 juta, dan tahun ini menjadi Rp120 juta, berarti telah terjadi appreciation sebesar Rp20 juta dalam setahun.

Istilah lainnya yang lebih populer ialah capital gain atau gain. Inilah yang menjadi alasan utama orang untuk melakukan investasi pada properti.

5. Leverage

Yaitu penggunaan dana pinjaman guna meningkatkan keuntungan investasi properti. Untuk leverage harus dilihat dari kasus per kasus dan tidak banyak orang memperoleh leverage karena melibatkan pihak pembeli pinjaman (bank atau pihak ketiga) yang perlu mempelajari lebih rinci sebelum memberikan pinjaman.